Minggu, 04 September 2011

Aku Memang Teroris Bagian II

Aku Memang Teroris Bagian II

(Awal Kejahatan Harun?)



Cerita yang lalu



Harun yang seorang mahasiswa dari universita HCCP tidak dapat hadir ke kampus dikarenakan asik berdialog masalah agama dengan seorang pastur katolik dibus, saat dia kembali kekampus dan mata kuliah fisika kesukaannya pun sudah berakhir tapi betapa terkejutnya dia melihat temannya Yohanes ditanyai masalah akidah yang menyebabkan Yohanes tertunduk malu dihadapan semua Mahasiswa. Dan tampillah Harun mematahkan semua logika sangprofesor.




*****

"Adakah sesuatu yang disebut dingin ?" Tanya Harun kembali sambil menatap tajam kearah wajah tua itu,

"Ya, tentu saja dingin juga ada."



"Tidak, pak! Itu tidak ada !" Harun pun menghadap ke teman-temannya dengan bibirnya yang tipis tersebut tersenym.

Seringai sang profesor membeku. Ruang kelas sekonyong-konyong menjadi sangat dingin.

Harun kembali menatap profesor melanjutkan. "Anda bisa mendapatkan macam-macam panas, bahkan lebih panas, super-panas, mega-panas, agak panas, sedikit panas, atau tidak panas, tetapi kita tidak memiliki sesuatu yang disebut *dingin*.

Kita dapat mencapai 458 derajat di bawah nol, dimana tidak ada panas, tetapi kita tidak bisa melampauinya lebih jauh lagi setelah itu. Tidak ada sesuatu pun yang disebut dingin, kecuali jika kita bisa mencapai suhu yang lebih dingin dari minus 458. Anda lihat, pak, dingin hanyalah SEBUAH KATA yang kita gunakan untuk MENGGAMBARKAN tentang KETIADAAN panas. Kita tidak bisa mengukur dingin. Panas dapat kita ukur dalam satuan termal karena panas adalah energi. Dingin bukan lawan panas, pak, melainkan ketiadaan panas."

Profesor terdiam, dan mulai melipat tangan supaya tidak gugup, melipat tangan adalah cara orang bertahan dari serangan agar tidak gugup, dan sesekali memasukkan tangan ke saku celana sebagai bentuk bahwa dia sedang santai.

Terdengar suara sebuah besi mungkin Sebuah pin terjatuh berdenting di suatu tempat dalam kelas.



"Apakah ada sesuatu yang disebut gelap, profesor ?" tanya sang mahasiswa lagi.

"Itu pertanyaan bodoh, nak. Apakah malam itu jika bukan gelap ? Apa maksudmu ?"



"Jadi, anda mengatakan ada sesuatu yang disebut sebagai gelap ?" di kelas yang tenang tersebut sayup-sayup terdengar suara baut berputar



"Ya..." jawab profesor pelan



"Anda salah lagi, pak! Gelap bukanlah sesuatu, melainkan ketiadaan sesuatu.

Anda bisa mendapatkan cahaya buram, cahaya normal, cahaya terang, cahaya menyilaukan, tetapi jika anda tidak mendapatkan cahaya secara berkesinambungan, anda tidak mendapatkan apa-apa, dan itu disebut gelap, bukan ? Itulah pengertian yang kita gunakan untuk menggambarkan kata tersebut. Pada kenyataannya, gelap tidak ada. Jika ada, seharusnya anda bisa membuat gelap menjadi lebih gelap lagi."



Menahan diri, sang profesor tersenyum pada anak muda lancang dihadapannya.

”Prof Ini benar-benar menjadi semester yang bagus.”



"Maukah anda menjelaskan pada kami maksud anda, anak muda ?"



"Baik, profesor. Maksud saya adalah filosofi anda sudah cacat sejak awal sehingga kesimpulan anda sudah pasti rancu". Sang profesor menjadi berang. "Cacat ? Lancang benar anda !"



"Ups.. jangan marah dulu pak, kita hanya berdialog Pak, bolehkah saya menjelaskan maksud saya ?" Seisi kelas memasang telinga terdengar gemuruh dari berbagai mahasiswa.

"Penjelasan... oh, penjelasan..." Sang profesor dengan sangat mengagumkan berhasil mengendalikan diri, tapi kegugupan dan kemarahan tak tertahankan dari wajah dan telinganya yang memerah, semua darah dari jantung mengalir kekepalanya.



Sekonyong-konyong dia bagaikan melakukan keramahan itu sendiri. Dia melambaikan tangannya untuk menenangkan kelas agar Harun dapat melanjutkan.



"Anda menggunakan premis tentang pasangan" sang mahasiswa menjelaskan. "Sebagai contoh, adanya hidup dan adanya mati; Tuhan baik dan Tuhan jahat". Anda memandang konsep ketuhanan sebagai sesuatu yang terbatas, sesuatu yang dapat diukur. Pak, sains bahkan tidak bisa menjelaskan pikiran. Itu menggunakan listrik dan magnet, tetapi tidak pernah terlihat, banyak yang tidak memahaminya. Memandang kematian sebagai lawan kehidupan adalah pengabaian fakta bahwa kematian tidak bisa eksis sebagai sesuatu secara substantif. Kematian bukanlah lawan kehidupan, melainkan ketiadaan kehidupan." Sang mahasiswa mengangkat sebuah surat kabar dari meja rekannya. "Ini adalah salah satu tabloid paling menjijikkan di negeri ini, profesor. Adakah sesuatu yang disebut ketidaksenonohan ?"



"Tentu saja ada, sekarang..." "Salah lagi, pak! Anda tahu, ketidaksenonohan adalah semata-mata ketiadaan moralitas. Adakah yang disebut ketidakadilan ? Tidak! Ketidakadilan adalah ketiadaan keadilan. Adakah yang disebut kejahatan ?" sang mahasiswa berhenti sejenak. "Bukankah kejahatan adalah ketiadaan kebaikan ?" Terdengar tepukan tangan dari seisi kelas…



Wajah sang profesor berubah yang tadinya merah menjadi kelabu. Dia sangat marah hingga sejenak kehilangan kata-kata. Tangan kanannya menahan dadanya yang seperti seakan sesak.

Harun melanjutkan, "Jika ada kejahatan di dunia, profesor, dan kita sepakat tentang itu, maka Tuhan, jika Dia eksis, tentu akan menyempurnakan pekerjaan-Nya melalui agen kejahatan tersebut. Pekerjaan apakah yang Tuhan sempurnakan dengannya? Kitab suci menyatakan bahwa tiap manusia, sesuai kebebasan keinginan sendiri, memilih kebaikan daripada kejahatan."

Sang profesor terhenyak. "Selaku ilmuwan filsafat dan fisika, saya tidak memandang permasalahan ini ada kaitannya dengan pilihan apapun; sebagai seorang realis, saya benar-benar tidak melihat konsep Tuhan maupun faktor teologis lain sebagian bagian dari dunia karena Tuhan tidak bisa diamati."

"Saya malah berpikir bahwa ketiadaan kode moral ketuhanan di dunia ini kemungkinan adalah satu fenomena yang paling bisa diamati" sahut Harun . "Surat kabar membuat milyaran dollar melaporkannya setiap minggu! Katakan, profesor, apakah anda mengajar mahasiswa bahwa mereka berevolusi dari habilis?"\



"Jika anda mengacu pada proses evolusi alamiah, anak muda, ya, tentu saja demikian yang saya lakukan."

"Pernahkah anda mengamati evolusi dengan mata anda sendiri, pak ?"



Sang profesor mengertakkan gigi dan memandang sang mahasiswa dengan tajam.

"Profesor, karena tidak seorang pun pernah mengamati berlangsungnya proses evolusi dan bahkan tidak seorang pun dapat membuktikan proses ini sebagai upaya berkesinambungan, bukankah anda sedang mengajarkan opini anda, pak ? Apakah anda sekarang bukan seorang ilmuwan melainkan pengkhotbah ?"

"Saya memaafkan kelancangan anda dalam nuansa diskusi filosofis kita. Sudah selesaikah anda ?" desis sang profesor.

Harun: "Jadi, anda tidak menerima kode moral ketuhanan melakukan apa yang layak ?"

Profesor : "Saya percaya pada apa adanya. Itulah sains !"



Harun : "Ahh! SAINS !"



wajah sang mahasiswa berubah sinis. "Pak, anda telah menegaskan bahwa sains adalah studi mengenai fenomena pengamatan. Sains juga adalah premis yang cacat..."



"SAINS CACAT ?" sang profesor bergetar. Kelas menjadi gempar. Harun tetap tegar berdiri hingga kegemparan mereda. "Untuk melanjutkan point yang sudah anda nyatakan sebelumnya pada mahasiswa lain bernama Yohanes, bolehkah saya memberi contoh tentang apa yang saya maksudkan ?"



Sang profesor diam. Harun memandang sekeliling kelas."Adakah seseorang di kelas ini yang pernah melihat otak (pikiran) pak profesor ?" Sambil membuka tangan lebar-lebar kearah kepala profesor.

Kelas serentak pecah oleh tawa. Sang mahasiswa menunjuk pada sang profesor yang sudah remuk. "Adakah orang di sini yang pernah mendengar otak pak profesor, merasakan otak pak profesor, menyentuh, atau membaui otak pak profesor ?"



Tampaknya tidak seorang pun pernah melakukannya. Sang mahasiswa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan raut wajah sedih. "Tampaknya tidak seorang pun pernah memiliki tanggapan indra apapun terhadap otak pak profesor. Maka, sesuai aturan empiris, keajegan, protokol yang dapat didemonstrasikan, sains, SAYA NYATAKAN bahwa bapak profesor kita tidak punya otak !"



Mendadak siprofesor pun menarik nafas panjang dan memegang dadanya, dia pun terjatuh kelantai dengan memegang dada dan dengan nafas terengah-engah, harun pun kaget dan panik, Yohanes segera mengambil botol yang sepertinya minyak angin dan meletakkan kehidung profesor, sambil membuka dasi dan kancing kemeja profesor tersebut.



Beberapa mahasiswa berhamburan mencari bantuan, profesor menggapai-gapai, keadaan yang tadinya tenang menjadi kehebohan dan bahkan mahasiswa dari jurusan Fisika yang mengagumi profesorpun berhamburan meliat professor, karena mendengar berita yang tersebar begitu cepat lewat pesan singkat SMS.



“Tolong beri dia ruang, jangan mengusik!! Teriak Yohanes dan menambahkan “Tolong Semua pintupun ditutup agar terhindar dari kerumunan”



Yohanes memberikan mingak angin kedada profesor dan kehidungnya, profesor tersebut termangap-mangap, teringat dalam otaknya akan ajal yang akan merenggutnya. Dengan terbata-bata dicampur rasa malu dia menyebutkan



“Asssyaduuuu ak….ak…ak…ak.., ashadukkk..dukk.duk….duk… tolong… tolong harun!! As…..hadddddd…asaddd…asaddddd….“

“Ashaduala ila hailAllah, Ayo nyebut, prof!!”



“Buuuut….buuuut….buuuut..” akhirnya itulah kalimat trakhir yang diucapkan profesor.





****



Semua terdiam tidak satupun yang meneteskan airmata, diluar kelas terlihat ambulan datang, dan semua mahasiswa fisika berhamburan mengamuk masuk kedalam kelas dan memukul kursi sehingga berserakan, semua Mahasiswa tekhnik Informatika ditanyakan satu persatu penyebab kematian, teman-teman tidak menceritakan kejadian dialog tersebut semuanya diam, “ayo!! Ngaku kalian semua!! Kau, Harun?? Pasti kau, kau yang selalu membuat profesor mengeluh akan kelakuan kau yang menjawab semua pernyataannya, aku sejak dulu sudah melarang kau untuk meladeni profesor berdialog masalah agama mu yang bodoh itu” bentak seorang pimpinan mahasiswa dari jurusan Fisika yang Atheis,



“ Ya, Harun lah yang telah membunuh profesor, dia mengetahui profesor punya penyakit jantung dan dia menekan profesor dengan pertanyaan-pertanyaannya terus hingga dia terjatuh” jawab Yohanes



Dan melayanglah Tinjuan ketua Gank fisika kearah wajah Harun hingga harunpun ambruk kelantai mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya.. semua mahasiswa Tekhnik Informatika pun tidak tinggal diam mereka segera melerai dan melindungi harun, dari salah satu mahasiswa terdengar teriakan lapor polisi, dosen yang datangpun tidak brani dengan keganasan anak-anak atheis dari jurusan Fisika.



Banyak juga teriakan menghujad Yohanes, “ dasar penghianat, tuduhan palsu”, “aku Cuma berusaha membela diri, karena jika tidak akulah yang disalahkan atas pembunuhan professor karena aku yang berada didekatnya” penyangkalan Yohanes.



Barisan pagar betis yang melindungi Harun pun tak dapat dibendung lagi, mahasiswa yang mengamuk dengan jumlah yang banyak hingga ratusan itu menembus pertahanan mahasiswa tersebut. Dan akhrinya beberapa saat setelah itu semua mahasiswa yang memaksa masuk pertahanan pun berhasil ditembus masuk, bersamaan dengan kedatangan rombongan polisi, Harun masih pusing dengan pukulan yang membuat mulut dan hidungnya berdarah dan tidak bisa menghindari Pisau yang keluar dari jaket almamater salah satu mahasiswa yang menerobos barisan tersebut, dan pisaupun masuk mengenai hulu dada Harun. Semua mahasiswa berhamburan melarikan diri dan meninggalkan pisau yang tertancap didada Harun dicampur dengan pukulan benda tumpul kearahnya dari berbagai mahasiswa yang berhamburan di amankan polisi



(Bersambung dulu deh)
DiCOPAS dari abang sepupu ana

2 komentar:

Maria Teduh mengatakan...

Kalau ini bingung mau komentar apa nih.. mungkin ceritanya kebanyakan dialog aja kali yah, kurang hidup, meski menarik tapi kurang hidup maksudnya tidak ada menegangkannya.

GEO RUCI mengatakan...

hm...pndpt org brbeda2...
tpi mnrut ana mantap note ny.ada debatny(ilmu),ada dialognya(sastra),ada lucuny juga ^^

Posting Komentar

Powered By Blogger
Design by Geo Ruci Visit Original Post geo-kristologi.blogspot.com